BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan latar belakang sbb:
1.
Mutu
pendidikan rendah.
Beberapa indikator menunjukkan bahwa kinerja
pendidikan kita masih jauh dari harapan, antara lain rata-rata tingkat
pencapaian nilai UN lulusan baik SD, SMP, maupun SMA dan sekolah-sekolah yang
sederajat dari tahun ke tahun selalu kurang memuaskan. Indikator lain, seperti
keterampilan, keimanan, rasa tanggung jawab, kepribadian, dan budi pekerti
belum mendapat perhatian yang memadai. Masih sering terjadi perkelahian antar
pelajar, banyak siswa bolos dan keluyuran di luar sekolah pada jam-jam
pelajaran, dll. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di lingkungan ASEAN
apalagi negara-negara maju mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal.
2.
Pendidikan sentralistik.
Selama ini kurikulum, metode pembelajaran dan
lain-lain diatur secara sentralistik, yaitu penyusunan secara total dari
pemerintah pusat sehingga guru tidak mempunyai ruang untuk berimprovisasi dan
berinovasi. Kreativitas guru tidak dapat tumbuh dengan baik sebagai akibat dari
tuntutan target GBPP.
3.
Kurikulum seragam secara nasional.
Kurikulum sampai dengan petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan sama sekali tidak
memperhatikan kebutuhan serta ciri khas daerah. Kemampuan dan budaya daerah
yang satu dengan yang lain tidak sama akan tetapi disuruh mencerna sesuatu yang
sama akibatnya pendidikan menghasilkan lulusan yang tidak mengenal identitasnya
sendiri.
4.
Otonomi daerah.
Dalam rangka mengatasi kelemahan pengelolaan
pendidikan yang sentralistik, maka pemerintah menerapkan kebijakan dengan
menyerahkan sebagian wewenangnya ke daerah. Dalam hal ini pemerintah pusat
hanya menyiapkan standar kompetensi yang bersifat nasional sedangkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti silabus dan
sistem penilaiannya diserahkan ke daerah atau sekolah. Otonomi memberikan
bentuk pelimpahan wewenang kepada provinsi, kabupaten/kota, bahkan sekolah.
Otonomi pendidikan bagi sekolah dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sehingga sekolah menjadi lebih
dinamis dan kreatif.
5.
Kebijaksanaan Broad-Based Education.
Broad Based Education (BBE)
merupakan strategi layanan pendidikan yang akan diterapkan pada masa yang akan
datang terutama pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. BBE
adalah pendidikan berbasis masyarakat luas, yaitu kebijakan penyelenggaraan
pendidikan yang diperuntukkan bagi kepentingan dan kebutuhan lapisan masyarakat
luas (Dikdasmen, 2001). Dengan kata lain, BBE adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional
semata akan tetapi juga memberikan bekal kepada siswa keterampilan untuk hidup
atau bekerja (life skills). Siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga
menerapkan pengetahuannya untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari atau learning
how to learn.
6.
School-Based Management.
Kebijakan School-Based Management (SBM)
menuntut perubahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah dan sekolah.
Kebijakan SBM diikuti dengan partisipasi dari masyarakat (community based
education). Tujuan utama perubahan ini adalah memberikan wewenang kepada
sekolah dalam mengelola dan mengembangkan sekolah secara lebih mandiri karena
kendali pusat hanya bersifat umum. Melalui kebijakan ini diharapkan agar
sekolah dapat bergerak dan pada akhirnya menghasilkan sekolah yang demokratis,
yakni melalui pemberian kepercayaan sekolah kepada guru, pemberian kepercayaan
guru kepada siswa dan akhirnya akan menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi.
7.
Life
skills education
Life skills education adalah
suatu proses pendidikan yang mengarah kepada pembekalan kecakapan seseorang
untuk mampu dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusinya
sehingga akhirnya mampu mengatasi problema tersebut. Life skills
diartikan bukan sekedar keterampilan kejuruan (vocational job) melainkan
mencakup juga kemampuan-kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti
kemampuan membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, semangat belajar sepanjang hayat,
kemampuan berpikir, berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, bertangung jawab,
mempergunakan teknologi dan sebagainya. Oleh karena itu, cakupan life skills
teramat luas, yakni communication skills, decision making skills,
resource and time management skills, planning skills. Disamping itu, secara
garis besar life skills dapat juga dikelompokkan menjadi general life
skills dan specific life skills. General life skills diperlukan
oleh setiap manusia tidak tergantung status dan usia yang merupakan kemampuan
dasar sehingga lebih baik dikembangkan pada anak mulai usia TK, SD, dan SMP
sedangkan specific life skills diperlukan seseorang untuk menghadapi
problema di bidang-bidang tertentu sehingga baik dikembangkan mulai SMA (academic
skills) dan SMK (vocational skills).
- Rumusan Masalah.
Bertitik
tolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan
dicari jawabannya dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian
Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
2.
Sebutkan
beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
- Tujuan Penulisan.
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
2.
Untuk mengetahui beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
D. Metode Penulisan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode
kepustkaan sebagai alat untuk pengumpul data, yaitu dengan mengumpulkan
buku-buku atau bahan-bahan yang terdapat dalam perpustakaan yang berhubungan
dengan masalah yang terdapat dalam makalah ini, serta dari sumber-sumber lain
yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis buat ini.
E.
Manfaat
Kami berharap semoga makalah ini banyak memberi manfaat
bagi penulis bahkan pembaca. Adapun diantara manfaat yang mungkin akan didapatkan
dari makalah ini adalah:
1. Manfaat
teoritis
1) Menambah
wawasan baik bagi penulis maupun pembaca
2. Manfaat
praktis
1)
Mampu mengaplikasikan dan menerapkan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
kurikulum(curriculum
development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah
terjadi pada diri siswa.
Dalam hal
ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada
titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu
proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya
meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). [1]
Kurikulum merupakan suatu perangkat
pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut
terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena
adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan
kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan
bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat
pendekatan pengembangan kurikulum
adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dam metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan
kurikulum yang lebih baik.[2]
B. Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum seyoglanya
dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan
petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung
secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu
komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen
lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada
berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum,
diantaranya adalah:
1. Pendekatan berorientasi pada bahan
pelajaran.
Menurut
subandijah (1993) mengemukakan pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya,
pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan yang akan di berikan
kepada peserta didik ?
Pengembangan
yang akan di terapkan di kelas mengacu pada bahan pelajaran. Pendekatan ini di
indoneia di terapkan dalam kerikulum sebelum kurikulum tahun 1975.,[3]
Pendekatan
ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan
kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan
pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada
ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan
tujuan.
Kelemahannya
adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman
dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk
kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya dengan
pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa yang akan diberikan /
diajarkan kepada peserta didik?[4]
2. Pendekatan berorientasi pada pelajaran.
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan
rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab
tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan
dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a. Tujuan
yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
b. Tujuan
yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan
dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan-tujuan
yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap
hasil yang di capai.
d. Hasil
penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
3. Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
Pendekatan
ini dapat dilihat dari pola pendekatan: Subject
Matter Curiculum, Correlated
Curriculum, dan Integrated
Curriculum. Pendekatan pola Subject
Matter Curriculum Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran
secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumu, biologi dan lainnya. Mata
pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pendekatan
pola Correlated Kurriculum
Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring,
yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS, dan sebagainya.
Sedangkan
Pendekatan pola Integrated
Curriculum, Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang
mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kesimpulan dari
bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya
melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang
meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.[5]
a. Pendekatan Pola Subjec Matter
Curriculum
Pendekatan
ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah,
misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak
berhubungan satu sama lain.
b. Pendekatan dengan Pola Correlated
Curriculum
Pendekatan
dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata
pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan
ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1.
Pendekatan
Struktural
Sebagai
contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi.
Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula
ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
2.
Pendekatan
Fungsional
Pendekatan
ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini
dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang
dipandang ada hubungannya.
3.
Pendekatan
Tempat / Daerah
Atas dasar
pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya
tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai; segi
wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
c. Pendekatan Pola Integrated
Curriculum
Pendekatan
ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan
ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai
arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang
mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian
bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini
tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin
suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan
pelajaran.[6]
4. Pendekatan pada system.
Salah satu pendekatan yang dewasa ini I
pandang paling rasional dan efektif adalah pendekatan system. Dengan pendekatan
ini semua unsure kurikulum di analisis secara mendalam, di lihat keterkaitannya
dengan antara satu dan lainnya.suatu system dapat di artikan sebagai suatu
kesatuan yang terdiri dari unsure-unsur(komponen) yang saling terkaiit satu
sama lainnya.
Tujuan pendekatan sistem dalam pendidikan
dan pelatihan sistem adalanmengembangkan mengelola operasi dan merancang bangun
system dalam proses pengambilan keputusan
Dengan dipergunakannya metode ilmiah
diharapkan dapat diketahui fakta-fakta yang mempengaruhi perilaku dan
keberhasilan suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manejer mengambil
kesimpulan –kesimpulan yang sederhana dan simplisstik searah oleh suatu masalah
yang disebabakanb oleh penyebab tunggal. Secara terperinci pendekatan system
dalam diklat bertujuannya untuk :
1. Menyediakan lingkungan fisik dan lingkungan
emosional yang mendukung proses pendidikan dan pelatihan berjalan secara
kondusif
2. Mengetahui sejauh mana keberhasilan program dan
proses pendidikan dan pelatihan
3. Menjamin pencapaian tujuan diklat secara efektif
dan efesien
4. Mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan
peserta diklat
5. Perapan pendekatan sistem dalam kebutuhan nyata
dilapangan.[7]
5. Pendekatan subjek akademis
Dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin
ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang
berbeda dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik
dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa
yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan)
pengembangan disiplin ilmu.[8]
Kurikulum
subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum
subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan
memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran
kurikulum yang paling tradisional.[9]
1. Pendekatan pertama :
melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan menguji
fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.
2. Pendekatan kedua :
studi yang
bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang
terintegrasi. Ciri-cirinya :
(a) Unifying theme,
(b) Menyatukan kegiatan belajar dari
beberapa disiplin ilmu.
(c) Menyatukan berbagai metode belajar.
3. Pendekatan ketiga :
pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
6.
Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa
dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bahan
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
7.
Pendekatan akuntabilitas
Accountability lembaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal
penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar
dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf
keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan
kurikulum (curriculum
development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah
terjadi pada diri siswa.
Dalam hal
ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada
titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu
proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya
meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback).
Adapun berbagai
macam pendekatan yang di gunakan pada pengembangan kurikulum sebagai berikut :
1. Pendekatan
berorientasi pada bahan pelajaran.
2. Pendekatan
berorientasi pada tujuan.
3. Pendekatan
dengan pola organisasi bahan.
4. Pendekatan
pada system.
5. Pendekatan
subjek akademis.
6. Pendekatan
humanistic.
7. Pendekatan
Akuntabilitas.
B. Saran-saran
Alhamdulillah,
Wasy-Syukurillah, ya Allah maha suci engkau ! Tidak ada sedikitpun
pengetahuan pada kami. Tidak ada daya upaya, selain pertolongan-Mu jualah, maka
kami bisa berpikir sampai saat ini karena kehendak-Mu.
Dalam makalah yang telah kami buat ini membicarakan tentang
Berbagai Pendekatan dan Teori-teori Konseling, sekedar untuk menambah
pengetahuan kita semua khususnya pada masalah ini, dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi diri kami pribadi dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami pun menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itukepada para pembaca, kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya.
Akhirnya semoga kita selalu diberikan kekuatan dan kesehatan
oleh Allah agar kita dapat menjalankan aktivitas kehidupan dengan baik serta
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Amiin Yarabbal’alamiin.
DAFTAR PUSTAKA
-
Subandijah,
pengembangan dan inovasi kurikulum.
Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31
[1]
http://sdnegeri2suak.blogspot.com/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
[2]
http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[3]
Subandijah, pengembangan dan inovasi
kurikulum. Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31
[4]
http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[5]
http://mswiharja.blog.upi.edu/kurikulum-pembelajaran/
[6]
http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[7]
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/PENDEKATANSISTEMTUJUAN/qumn1330932738.pdf
[8]
http://naanaaolayforever.wordpress.com/2011/05/12/pendekatan-pengembangan-kurikulum-berbasis-humanistik-akademik-teknologi-dan-rekonstruksi-sosial/
[9]
http://philoristine.blogspot.com/2009/06/kurikulum-subyek-akademis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar