Jumat, 23 Maret 2012

pengembangan kurikulum pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum dikembangkan berdasarkan latar belakang sbb:
1.      Mutu pendidikan rendah.
Beberapa indikator menunjukkan bahwa kinerja pendidikan kita masih jauh dari harapan, antara lain rata-rata tingkat pencapaian nilai UN lulusan baik SD, SMP, maupun SMA dan sekolah-sekolah yang sederajat dari tahun ke tahun selalu kurang memuaskan. Indikator lain, seperti keterampilan, keimanan, rasa tanggung jawab, kepribadian, dan budi pekerti belum mendapat perhatian yang memadai. Masih sering terjadi perkelahian antar pelajar, banyak siswa bolos dan keluyuran di luar sekolah pada jam-jam pelajaran, dll. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di lingkungan ASEAN apalagi negara-negara maju mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal.
2.      Pendidikan sentralistik.
Selama ini kurikulum, metode pembelajaran dan lain-lain diatur secara sentralistik, yaitu penyusunan secara total dari pemerintah pusat sehingga guru tidak mempunyai ruang untuk berimprovisasi dan berinovasi. Kreativitas guru tidak dapat tumbuh dengan baik sebagai akibat dari tuntutan target GBPP.
3.      Kurikulum seragam secara nasional.
Kurikulum sampai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan sama sekali tidak memperhatikan kebutuhan serta ciri khas daerah. Kemampuan dan budaya daerah yang satu dengan yang lain tidak sama akan tetapi disuruh mencerna sesuatu yang sama akibatnya pendidikan menghasilkan lulusan yang tidak mengenal identitasnya sendiri.
4.      Otonomi daerah.
Dalam rangka mengatasi kelemahan pengelolaan pendidikan yang sentralistik, maka pemerintah menerapkan kebijakan dengan menyerahkan sebagian wewenangnya ke daerah. Dalam hal ini pemerintah pusat hanya menyiapkan standar kompetensi yang bersifat nasional sedangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti silabus dan sistem penilaiannya diserahkan ke daerah atau sekolah. Otonomi memberikan bentuk pelimpahan wewenang kepada provinsi, kabupaten/kota, bahkan sekolah. Otonomi pendidikan bagi sekolah dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sehingga sekolah menjadi lebih dinamis dan kreatif.
5.      Kebijaksanaan Broad-Based Education.
Broad Based Education (BBE) merupakan strategi layanan pendidikan yang akan diterapkan pada masa yang akan datang terutama pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. BBE adalah pendidikan berbasis masyarakat luas, yaitu kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukkan bagi kepentingan dan kebutuhan lapisan masyarakat luas (Dikdasmen, 2001). Dengan kata lain, BBE adalah suatu pendekatan pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata akan tetapi juga memberikan bekal kepada siswa keterampilan untuk hidup atau bekerja (life skills). Siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga menerapkan pengetahuannya untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari atau learning how to learn.
6.      School-Based Management.
Kebijakan School-Based Management (SBM) menuntut perubahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah dan sekolah. Kebijakan SBM diikuti dengan partisipasi dari masyarakat (community based education). Tujuan utama perubahan ini adalah memberikan wewenang kepada sekolah dalam mengelola dan mengembangkan sekolah secara lebih mandiri karena kendali pusat hanya bersifat umum. Melalui kebijakan ini diharapkan agar sekolah dapat bergerak dan pada akhirnya menghasilkan sekolah yang demokratis, yakni melalui pemberian kepercayaan sekolah kepada guru, pemberian kepercayaan guru kepada siswa dan akhirnya akan menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi.
7.      Life skills education
Life skills education adalah suatu proses pendidikan yang mengarah kepada pembekalan kecakapan seseorang untuk mampu dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusinya sehingga akhirnya mampu mengatasi problema tersebut. Life skills diartikan bukan sekedar keterampilan kejuruan (vocational job) melainkan mencakup juga kemampuan-kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti kemampuan membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, semangat belajar sepanjang hayat, kemampuan berpikir, berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, bertangung jawab, mempergunakan teknologi dan sebagainya. Oleh karena itu, cakupan life skills teramat luas, yakni communication skills, decision making skills, resource and time management skills, planning skills. Disamping itu, secara garis besar life skills dapat juga dikelompokkan menjadi general life skills dan specific life skills. General life skills diperlukan oleh setiap manusia tidak tergantung status dan usia yang merupakan kemampuan dasar sehingga lebih baik dikembangkan pada anak mulai usia TK, SD, dan SMP sedangkan specific life skills diperlukan seseorang untuk menghadapi problema di bidang-bidang tertentu sehingga baik dikembangkan mulai SMA (academic skills) dan SMK (vocational skills).

  1. Rumusan Masalah.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
2.      Sebutkan beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum?

  1. Tujuan Penulisan.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
2.    Untuk mengetahui beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
D.    Metode Penulisan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustkaan sebagai alat untuk pengumpul data, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku atau bahan-bahan yang terdapat dalam perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang terdapat dalam makalah ini, serta dari sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis buat ini.

E.     Manfaat
Kami berharap semoga makalah ini banyak memberi manfaat bagi penulis bahkan pembaca. Adapun diantara manfaat yang mungkin akan didapatkan dari makalah ini adalah:
1.      Manfaat teoritis
1)      Menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca
2.      Manfaat praktis
1)      Mampu mengaplikasikan dan menerapkan
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum(curriculum development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). [1]
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat
pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dam metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.[2]
B.     Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:

1.      Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
Menurut subandijah (1993) mengemukakan pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya, pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan yang akan di berikan kepada peserta didik ?
Pengembangan yang akan di terapkan di kelas mengacu pada bahan pelajaran. Pendekatan ini di indoneia di terapkan dalam kerikulum sebelum kurikulum tahun 1975.,[3]
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan.
Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa yang akan diberikan / diajarkan kepada peserta didik?[4]
2.      Pendekatan berorientasi pada pelajaran.
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.      Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
b.      Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c.       Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
d.      Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
3.      Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: Subject Matter Curiculum, Correlated Curriculum, dan Integrated Curriculum. Pendekatan pola Subject Matter Curriculum Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumu, biologi dan lainnya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pendekatan pola Correlated Kurriculum Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS, dan sebagainya.
Sedangkan Pendekatan pola Integrated Curriculum, Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.[5]
a.      Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.      Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1.      Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
2.      Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
3.      Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai; segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
c.       Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.[6]
4.      Pendekatan pada system.
Salah satu pendekatan yang dewasa ini I pandang paling rasional dan efektif adalah pendekatan system. Dengan pendekatan ini semua unsure kurikulum di analisis secara mendalam, di lihat keterkaitannya dengan antara satu dan lainnya.suatu system dapat di artikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari unsure-unsur(komponen) yang saling terkaiit satu sama lainnya.
Tujuan pendekatan sistem dalam pendidikan dan pelatihan sistem adalanmengembangkan mengelola operasi dan merancang bangun system dalam proses pengambilan keputusan
Dengan dipergunakannya metode ilmiah diharapkan dapat diketahui fakta-fakta yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manejer mengambil kesimpulan –kesimpulan yang sederhana dan simplisstik searah oleh suatu masalah yang disebabakanb oleh penyebab tunggal. Secara terperinci pendekatan system dalam diklat bertujuannya untuk :
1.    Menyediakan lingkungan fisik dan lingkungan emosional yang mendukung proses pendidikan dan pelatihan berjalan secara kondusif
2.    Mengetahui sejauh mana keberhasilan program dan proses pendidikan dan pelatihan
3.    Menjamin pencapaian tujuan diklat secara efektif dan efesien
4.    Mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta diklat
5.    Perapan pendekatan sistem dalam kebutuhan nyata dilapangan.[7]
5.      Pendekatan subjek akademis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.[8]
Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional.[9]
1.      Pendekatan pertama :
melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.
2.      Pendekatan kedua  :
studi yang bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ciri-cirinya :
(a)   Unifying theme,
(b)   Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
(c)    Menyatukan berbagai metode belajar.
3.      Pendekatan ketiga :
pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
6.      Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
7.      Pendekatan akuntabilitas
Accountability lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback).
Adapun berbagai macam pendekatan yang di gunakan pada pengembangan kurikulum sebagai berikut :
1.      Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
2.      Pendekatan berorientasi pada tujuan.
3.      Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
4.      Pendekatan pada system.
5.      Pendekatan subjek akademis.
6.      Pendekatan humanistic.
7.      Pendekatan Akuntabilitas.

B.     Saran-saran
Alhamdulillah, Wasy-Syukurillah, ya Allah maha suci engkau ! Tidak ada sedikitpun pengetahuan pada kami. Tidak ada daya upaya, selain pertolongan-Mu jualah, maka kami bisa berpikir sampai saat ini karena kehendak-Mu.
Dalam makalah yang telah kami buat ini membicarakan tentang Berbagai Pendekatan dan Teori-teori Konseling, sekedar untuk menambah pengetahuan kita semua khususnya pada masalah ini, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami pribadi dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami pun menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itukepada para pembaca, kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya.
Akhirnya semoga kita selalu diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah agar kita dapat menjalankan aktivitas kehidupan dengan baik serta mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Amiin Yarabbal’alamiin.





























DAFTAR PUSTAKA
-          Subandijah, pengembangan dan inovasi  kurikulum. Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31


[1] http://sdnegeri2suak.blogspot.com/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
[2] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[3] Subandijah, pengembangan dan inovasi  kurikulum. Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31
[4] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[5] http://mswiharja.blog.upi.edu/kurikulum-pembelajaran/
[6] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[7] http://sumut.kemenag.go.id/file/file/PENDEKATANSISTEMTUJUAN/qumn1330932738.pdf
[8] http://naanaaolayforever.wordpress.com/2011/05/12/pendekatan-pengembangan-kurikulum-berbasis-humanistik-akademik-teknologi-dan-rekonstruksi-sosial/
[9] http://philoristine.blogspot.com/2009/06/kurikulum-subyek-akademis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar