Rabu, 28 Maret 2012

skripsi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di dunia dengan dilengkapi segenap organ tubuh dan kesempurnaan yaitu : akal, emosi, hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai kelengkapan tubuh itu yang menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk Allah lainnya apabila manusia mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya. Namun apabila manusia menyalah gunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan Allah itu manusia dapat menjadi mahluk yang rendah dan bahkan lebuh rendah dari binatang sekalipun.
Potensi yang ada pada manusia, selayaknya difungsikan dan ditumbuh kembangkan sesuai dengan proporsinya, manusia akan mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq 1-5 :



Artinya :  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa  yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq 1-5) (Depag. RI., 1984:1097)
Sabda Nabi Muhammad SAW :


Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. (Shalih, Ibnu ‘Adi dan Baihaqi dari Anas). (Ahdjat, 1995:330).

Dari dua nash tersebut dapat dipahami bahwa Agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pentingnya pendidikan yang menekankan perlunya orang belajar membaca dan menulis serta belajar ilmu pengetahuan.

Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan mendapat derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia baik menurut pandangan Allah SWT maupun manusia, dan hal imi dapat diperoleh cara beriman kepada Allah SWT dan memperbanyak serta memperluas ilmu pengetahuan. Allah SWT dalam firman-Nya mengungkapkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujaadalah ayat 11 yaitu :



Artinya : ….. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadalah : 11) (Depag RI., 1984:910)

Dalam kaitannya dengan menuntut ilmu tersebut, maka seiring dengan kemajuan zaman yang kian pesat, proses belajar tersebut semakin maju dan masalah yang sangat kompleks dan urgen. Salah satu dari kekomplekannya, dapat dilihat dari konteks kekinian baik mulai dari tantangan dan hambatan pendidikan ataupun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan itu sendiri.

Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV adalah :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajuka kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. (UUD 1945, 1993:02)

Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir pembangunan Nasional tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai tujuan pembanguna nasional yaitu :

Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat, dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :

Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya lembaga pendidikan yang secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam bebrapa aspek bisa diwakilkan dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah atau Madrasah yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki kalifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang secara otomatis menjadi lembaga pendidika yang baik. Dengan demikian kualifikasi merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan, baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang terkait. Contoh Skripsi

Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.

Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang berperan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih dalam sehingga bimbingan dan penyuluhan lebih sistimatis dan bermutu.
Contoh skripsi
Bimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting. Dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar. Bimbingan dan penyuluhan berfungsi untuk membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya bimbingan dan penyuluhan disekolah secara intensif akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2002/2003.

B.    Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya melalui penelitian. Pernyataan ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan mengatakan bahwa : “Masalah mesti merupakan bagian kebutuhan seseorang untuk dipecahkan, orang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan pemecahan dari masalah yang dihadapi.” (Surahmad, 1989:22)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah sudah menjadi suatu “kebutuhan” dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan masalah alur dan sistematika penelitian tidak akan menemukan jawaban dari masalah yang sedang diteliti.

Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Metodologi Penelitian Pendidikan mengemukakan :
Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian. Rumusan masalah cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas. (Sudiyono, 1992:61)

Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang bersifat problematik akan memerlukan pemecahan. Dalam penelitian kita dituntut untuk mencari pemecahan masalah tersebut.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
  1. Adakah peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
  2. Bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.

Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang dijalankan dalam penelitian itu.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :
  1. Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
  2. Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.


D.    Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

1.    Bagi Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu meningkat.
2.    Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
3.    Bagi Penulis
Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai bimbingan dan penyuluhan yang ada di lembaga madrasah khususnya di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.



E.    Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, menyatakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (1997:67).
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Hipotesis Kerja (Ha)
“Ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo”.
2.    Hipotesis Nihil (Ho)
“Tidak ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo”. Contoh skripsi

F.    Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo ini mempunyai jangkauan yang sangat luas. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah sebagai berikut ini :
  1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang lokasi tersebut yang meliputi sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian.
  2. Bentuk-bentuk bimbingan dan penyulihan yang diberikan oleh guru kepada siswa baik secara prefentif maupun kuratif dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa.
  3. Data tentang hasil perolehan skor dari angket yang telah disebarkan untuk mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

G.    Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu bentuk kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian.
Sesuai dengan judul “Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa”, maka batasan pengertian di atas meliputi :
a.    Peranan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan arti peranan, “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (Depdikbud, 1991:751).

Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah, “Sesuau yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)” (Poerwadarminto, 1997:735).

Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa peranan adalah segala sesuatu yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
b.    Bimbingan dan penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Guidance and Couseling merupakan rangkaian dua kata yang jika kata bimbingan disebut biasanya selalu diikuti oleh kata penyuluhan.
Bimo Walgito memberikan definisi bimbingan sebagai berikut :

Bimbingan adalah merupakan tuntunan, bantuan dan pertolongan yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997:735).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada setiap individu yang mengalami kesulitan hidup. Sesuai dengan potennsi yang ada sehingga mereka bisa hidup sejahtera dan damai. Dalam aktivitas belajar, siswa membutuhkan bimbingan dalam menghadapi kesulitan belajarnya.

Sedangkan pengertian penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah :

Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997:04)

Dari dua pengertian tersebut, ada persamaan dan ada perbedaannya. Persamaannya adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam menghadapi problem hidupnya. Sedangkan perbedaannya, bimbingan lebih luas dari penyuluhan, bimbingan lebih menitik-beratkan pada segi-segi kuratif. Tetapi walaupun berbeda, penggunaan bimbingan selalu diikuti oleh kata penyuluhan.

c.    Menanggulangi kesulitan belajar
Menanggulangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain diartikan “Mengatasi” (Depdikbud, 1991:1005).
Sedangkan Kesulitan berarti “Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991: 971).

Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar, memberikan definisi belajar yaitu : “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. (Dahan, 1989:11).

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran yang sedikit banyak permanen. (Dahan, 1989:06).

Dari dua pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud menanggulangi kesulitan belajar adalah upaya untuk mengatasi keadaan yang terasa sulit sewaktu individu melakukan kegiatan belajar.

Contoh skripsi
H.    Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :

BAB I    PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II     KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang pondok pesantren, akhlaq, serta kajian tentang peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlaq masyarakat.

BAB III    METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV    HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data yang berkaitan dengan hasil yang didapat di lapangan penelitian, serta analisis.
BAB V    KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.


BAB II

Kajian Pustaka

Pada Bab II disini diisi dengan kajian pustaka atau matere, landasan teori  skripsi, misal kalaian mabil tentang prestasi belajar, atau manajemen, administrasi atau tentang makalah kesehatan yaitu cara mengecilkan perut. Nah materi2 itulah yang akan kalian cantumkan disini


BAB III

METODE PENELITIAN

 Contoh skripsi
A.    Rancangan Penelitian

Dalam rangka mencari data yang valid, maka penelitian ini disusun dengan rancangan penelitian seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Untuk mendapatkan data tentang peranan bimbingan dan penyuluhan, peneliti menggunakan metode angket yang diberikan siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan sekitar aktifitas orang tua yang berhubungan dengan kepribadian anak.

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan angket kemudian ditabulasikan dan diletakkan dalam format tabel dengan menggunakan rumus prosentase (%) yang kemudian disusul dengan beberapa analisis hasil dari data angket yang telah dicapai.
Namun sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1)    Persiapan
Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan memperlancar jalannya penelitian.

Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut : Contoh skripsi
a)    Menyusun rencana
Dalam menyusun rencana ini penulis menetapkan beberapa hal seperti berikut ini.
1)    Judul penelitian
2)    Alasan penelitian
3)    Problema penelitian
4)    Tujuan penelitian
5)    Obyek penelitian
6)    Metode yang dipergunakan

b)    Ijin melaksanakan penelitian
Dengan surat pengantar dari Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo, penulis dimohonkan ijin ke Kepala Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian penulis telah mendapatkan ijin untuk mengadakan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.
c)    Mempersiapkan alat pengumpul data yang berhubungan dengan langkah-langkah orang tua, yakni menyusun instrumen dan angket dan wawancara.
2)    Pelaksanaan
Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain :
  • Wawancara
  • Angket
  • Dokumentasi
  • Penyelesaian

Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun langkah-langkah berikutnya, yaitu :
  • Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data yang telah diperoleh, yang kemudian dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing dengan harapan apabila ada hal-hal yang perlu direvisi, akan segera dilakukan sehingga memperoleh suatu hasil yang optimal.
  • Laporan yang sudah selesai kemudian akan dipertaruhkan di depan Dewan Penguji, kemudian hasil penelitian ini digandakan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.

B.    Populasi dan Sampel Penelitian
1.    Populasi

Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah sebagian individu yang diselidiki” (1994:70).

Sedangkan menurut T. Raka Joni “Populasi adalah keseluruhan individu yang ada, yang pernah dan mungkin ada yang merupakan sasaran yang sesungguhnya dari pada suatu penyelidikan” (t.th.:13).

Bertolak dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa MTs. Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo yang berjumlah 98  orang.

2.    Sampel Penelitian
Pengertian mengenai sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (1997:177). Selanjutnya Suharsimi menyatakan bahwa :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidaknya dari : Contoh skripsi
  1. Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
  2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
  3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk peneliti yang beresiko besar, hasilnya akan lebih besar” (1992:107)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil sampel siswa mulai kelas I sampai dengan kelas III. Adapun jumlah siswa yang penulis jadikan sampel adalah sebagai berikut :

Kelas I berjumlah 15 siswa
Kelas II berjumlah 15 siswa
Kelas III berjumlah 10 siswa

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.
Adapun Teknik penarikan sampel (sampling) menurut Saifuddin Azwar ada beberapa macam yaitu :
1.    Sampel probabilitas

Sampel probabilitas adalah teknik penarikan sampel di mana setiap unsur, elemen atau anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa cara teknik penarikan sampel probabilitas adalah sebagai berikut :
  • Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah proses penarikan sampel dari populasi memiliki peluang yang sama untuk ditarik menjadi sampel.
  • Sampling berstrata (stratified random sampling) adalah proses penarikan sampel dimana keadaan populasi tidak sama (heterogen)
  • Sampling berkelompok (cluster sampling) adalah proses pengambilan sampel dimana keadaan populasi tidak diketahui secara pasti.
  • Sampling sistematis (systematic random sampling) adalah proses pengambilan sampel di mana unsur atau anggota pertama saja dari sampel dipilih acak, sedangkan anggota-anggota berikutnya dipilih secara sistematis berdasarkan cara tertentu.
2.    Sampel Non Probabilitas

Sampel non probabilitas adalah proses penarikan sampel di mana setiap anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

Macam-macam teknik penarikan sampel non probabilitas sebagai berikut :
  • Sampling secara kebetulan (accidental sampling) adalah pengambilan sampel dengan cara mengambil siapa saja yang ada atau kebetulan ada.
  • Sampling secara sengaja (purposive sampling) adalah proses penarikan sampel atas dasar pertimbangan yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya. (1998:87-89)

Berdasarkan teori di atas maka penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan teknik penarikan sampel non probabilitas dengan cara sampling secara sengaja. Contoh skripsi


C.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka dalam setiap penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan dipakai untuk mendapatkan serta mengumpulkannya. Sebab metode merupakan kunci keberhasilan dalam suatu penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Metode Angket
Metode angket dapat dilakukan dengan adanya sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 1993:188)
Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah 40 siswa untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

2.    Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1993:198)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah untuk memperoleh data tentang MTs. Wali Songo terutama data mengenai jumlah siswa siswa, keadaan tenaga pendidik dan karyawan, struktur organisasi lembaga, serta sarana dan prasarana yang ada di lembaga tersebut.


Setelah mengadakan serangkaian kegiatan (penelitian) dengan menggunakan beberapa metode di atas, maka data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini dipergunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase, dimana akan digunakan rumus sebagai berikut :

Jumat, 23 Maret 2012

pengembangan kurikulum pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum dikembangkan berdasarkan latar belakang sbb:
1.      Mutu pendidikan rendah.
Beberapa indikator menunjukkan bahwa kinerja pendidikan kita masih jauh dari harapan, antara lain rata-rata tingkat pencapaian nilai UN lulusan baik SD, SMP, maupun SMA dan sekolah-sekolah yang sederajat dari tahun ke tahun selalu kurang memuaskan. Indikator lain, seperti keterampilan, keimanan, rasa tanggung jawab, kepribadian, dan budi pekerti belum mendapat perhatian yang memadai. Masih sering terjadi perkelahian antar pelajar, banyak siswa bolos dan keluyuran di luar sekolah pada jam-jam pelajaran, dll. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di lingkungan ASEAN apalagi negara-negara maju mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal.
2.      Pendidikan sentralistik.
Selama ini kurikulum, metode pembelajaran dan lain-lain diatur secara sentralistik, yaitu penyusunan secara total dari pemerintah pusat sehingga guru tidak mempunyai ruang untuk berimprovisasi dan berinovasi. Kreativitas guru tidak dapat tumbuh dengan baik sebagai akibat dari tuntutan target GBPP.
3.      Kurikulum seragam secara nasional.
Kurikulum sampai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan sama sekali tidak memperhatikan kebutuhan serta ciri khas daerah. Kemampuan dan budaya daerah yang satu dengan yang lain tidak sama akan tetapi disuruh mencerna sesuatu yang sama akibatnya pendidikan menghasilkan lulusan yang tidak mengenal identitasnya sendiri.
4.      Otonomi daerah.
Dalam rangka mengatasi kelemahan pengelolaan pendidikan yang sentralistik, maka pemerintah menerapkan kebijakan dengan menyerahkan sebagian wewenangnya ke daerah. Dalam hal ini pemerintah pusat hanya menyiapkan standar kompetensi yang bersifat nasional sedangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti silabus dan sistem penilaiannya diserahkan ke daerah atau sekolah. Otonomi memberikan bentuk pelimpahan wewenang kepada provinsi, kabupaten/kota, bahkan sekolah. Otonomi pendidikan bagi sekolah dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sehingga sekolah menjadi lebih dinamis dan kreatif.
5.      Kebijaksanaan Broad-Based Education.
Broad Based Education (BBE) merupakan strategi layanan pendidikan yang akan diterapkan pada masa yang akan datang terutama pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. BBE adalah pendidikan berbasis masyarakat luas, yaitu kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukkan bagi kepentingan dan kebutuhan lapisan masyarakat luas (Dikdasmen, 2001). Dengan kata lain, BBE adalah suatu pendekatan pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata akan tetapi juga memberikan bekal kepada siswa keterampilan untuk hidup atau bekerja (life skills). Siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga menerapkan pengetahuannya untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari atau learning how to learn.
6.      School-Based Management.
Kebijakan School-Based Management (SBM) menuntut perubahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah dan sekolah. Kebijakan SBM diikuti dengan partisipasi dari masyarakat (community based education). Tujuan utama perubahan ini adalah memberikan wewenang kepada sekolah dalam mengelola dan mengembangkan sekolah secara lebih mandiri karena kendali pusat hanya bersifat umum. Melalui kebijakan ini diharapkan agar sekolah dapat bergerak dan pada akhirnya menghasilkan sekolah yang demokratis, yakni melalui pemberian kepercayaan sekolah kepada guru, pemberian kepercayaan guru kepada siswa dan akhirnya akan menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi.
7.      Life skills education
Life skills education adalah suatu proses pendidikan yang mengarah kepada pembekalan kecakapan seseorang untuk mampu dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusinya sehingga akhirnya mampu mengatasi problema tersebut. Life skills diartikan bukan sekedar keterampilan kejuruan (vocational job) melainkan mencakup juga kemampuan-kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti kemampuan membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, semangat belajar sepanjang hayat, kemampuan berpikir, berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, bertangung jawab, mempergunakan teknologi dan sebagainya. Oleh karena itu, cakupan life skills teramat luas, yakni communication skills, decision making skills, resource and time management skills, planning skills. Disamping itu, secara garis besar life skills dapat juga dikelompokkan menjadi general life skills dan specific life skills. General life skills diperlukan oleh setiap manusia tidak tergantung status dan usia yang merupakan kemampuan dasar sehingga lebih baik dikembangkan pada anak mulai usia TK, SD, dan SMP sedangkan specific life skills diperlukan seseorang untuk menghadapi problema di bidang-bidang tertentu sehingga baik dikembangkan mulai SMA (academic skills) dan SMK (vocational skills).

  1. Rumusan Masalah.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
2.      Sebutkan beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum?

  1. Tujuan Penulisan.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
2.    Untuk mengetahui beberapa macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
D.    Metode Penulisan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustkaan sebagai alat untuk pengumpul data, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku atau bahan-bahan yang terdapat dalam perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang terdapat dalam makalah ini, serta dari sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis buat ini.

E.     Manfaat
Kami berharap semoga makalah ini banyak memberi manfaat bagi penulis bahkan pembaca. Adapun diantara manfaat yang mungkin akan didapatkan dari makalah ini adalah:
1.      Manfaat teoritis
1)      Menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca
2.      Manfaat praktis
1)      Mampu mengaplikasikan dan menerapkan
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum(curriculum development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). [1]
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat
pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dam metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.[2]
B.     Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:

1.      Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
Menurut subandijah (1993) mengemukakan pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya, pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan yang akan di berikan kepada peserta didik ?
Pengembangan yang akan di terapkan di kelas mengacu pada bahan pelajaran. Pendekatan ini di indoneia di terapkan dalam kerikulum sebelum kurikulum tahun 1975.,[3]
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan.
Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa yang akan diberikan / diajarkan kepada peserta didik?[4]
2.      Pendekatan berorientasi pada pelajaran.
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.      Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
b.      Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c.       Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
d.      Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
3.      Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: Subject Matter Curiculum, Correlated Curriculum, dan Integrated Curriculum. Pendekatan pola Subject Matter Curriculum Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumu, biologi dan lainnya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pendekatan pola Correlated Kurriculum Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS, dan sebagainya.
Sedangkan Pendekatan pola Integrated Curriculum, Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.[5]
a.      Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.      Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1.      Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
2.      Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
3.      Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai; segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
c.       Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.[6]
4.      Pendekatan pada system.
Salah satu pendekatan yang dewasa ini I pandang paling rasional dan efektif adalah pendekatan system. Dengan pendekatan ini semua unsure kurikulum di analisis secara mendalam, di lihat keterkaitannya dengan antara satu dan lainnya.suatu system dapat di artikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari unsure-unsur(komponen) yang saling terkaiit satu sama lainnya.
Tujuan pendekatan sistem dalam pendidikan dan pelatihan sistem adalanmengembangkan mengelola operasi dan merancang bangun system dalam proses pengambilan keputusan
Dengan dipergunakannya metode ilmiah diharapkan dapat diketahui fakta-fakta yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manejer mengambil kesimpulan –kesimpulan yang sederhana dan simplisstik searah oleh suatu masalah yang disebabakanb oleh penyebab tunggal. Secara terperinci pendekatan system dalam diklat bertujuannya untuk :
1.    Menyediakan lingkungan fisik dan lingkungan emosional yang mendukung proses pendidikan dan pelatihan berjalan secara kondusif
2.    Mengetahui sejauh mana keberhasilan program dan proses pendidikan dan pelatihan
3.    Menjamin pencapaian tujuan diklat secara efektif dan efesien
4.    Mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta diklat
5.    Perapan pendekatan sistem dalam kebutuhan nyata dilapangan.[7]
5.      Pendekatan subjek akademis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.[8]
Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional.[9]
1.      Pendekatan pertama :
melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.
2.      Pendekatan kedua  :
studi yang bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ciri-cirinya :
(a)   Unifying theme,
(b)   Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
(c)    Menyatukan berbagai metode belajar.
3.      Pendekatan ketiga :
pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
6.      Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
7.      Pendekatan akuntabilitas
Accountability lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback).
Adapun berbagai macam pendekatan yang di gunakan pada pengembangan kurikulum sebagai berikut :
1.      Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
2.      Pendekatan berorientasi pada tujuan.
3.      Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
4.      Pendekatan pada system.
5.      Pendekatan subjek akademis.
6.      Pendekatan humanistic.
7.      Pendekatan Akuntabilitas.

B.     Saran-saran
Alhamdulillah, Wasy-Syukurillah, ya Allah maha suci engkau ! Tidak ada sedikitpun pengetahuan pada kami. Tidak ada daya upaya, selain pertolongan-Mu jualah, maka kami bisa berpikir sampai saat ini karena kehendak-Mu.
Dalam makalah yang telah kami buat ini membicarakan tentang Berbagai Pendekatan dan Teori-teori Konseling, sekedar untuk menambah pengetahuan kita semua khususnya pada masalah ini, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami pribadi dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami pun menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itukepada para pembaca, kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya.
Akhirnya semoga kita selalu diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah agar kita dapat menjalankan aktivitas kehidupan dengan baik serta mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Amiin Yarabbal’alamiin.





























DAFTAR PUSTAKA
-          Subandijah, pengembangan dan inovasi  kurikulum. Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31


[1] http://sdnegeri2suak.blogspot.com/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
[2] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[3] Subandijah, pengembangan dan inovasi  kurikulum. Cetakan pertama. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 Hal : 30-31
[4] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[5] http://mswiharja.blog.upi.edu/kurikulum-pembelajaran/
[6] http://mashasin.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/
[7] http://sumut.kemenag.go.id/file/file/PENDEKATANSISTEMTUJUAN/qumn1330932738.pdf
[8] http://naanaaolayforever.wordpress.com/2011/05/12/pendekatan-pengembangan-kurikulum-berbasis-humanistik-akademik-teknologi-dan-rekonstruksi-sosial/
[9] http://philoristine.blogspot.com/2009/06/kurikulum-subyek-akademis.html