Rabu, 03 Oktober 2012





Makalah Metode pembelajaran 
PAI
Tentang
Perumpamaan/amtsal/Kiasan

Di susun Oleh :
Nama : Khairullah Amien
Nim : 10.111.00465


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM AL-MA'ARIF(STAI) BUNTOK
TAHUN AJARAN 2012/2013








 
BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat, materi pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113). Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharīqah yang berarti jalan atau cara.(Louwis, t.t.: 465).
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. (Anwar, 2003: 42)
Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.




B.      Rumusan Masalah
1.       Apa definisi metode perumpamaan?
2.       Kemukakan teori metode perumpamaan
3.       Apa fungsidan tujuan dari metode perumpamaan?
4.       Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode perumpamaan?
5.       Apa syarat-syarat metode perumpamaan?
6.       Apa langkah-langkah penerapan metode perumpamaan?
7.       Bagaimana teknik penerapan metode perumpamaan?
C.      Manfaat penulisan makalah
1.       Untuk mengetahui teori metode kiasan/perumpamaan.
2.       Untuk mengetahui  funggsi dari metode kiasan/perumpamaan.
3.       Untuk mengetahui  kekurangan dan kelebihan dari metode perumpamaan/kiasan.
4.       Untuk mengetahui  syarat-syarat metode kiasan/perumpamaan.
5.       Untuk mengetahui  langkah-langkah penerapan metode kiasan/perumpamaan.
6.       Untuk mengetahui  teknik penerapan metode kiasan/perumpamaan.
D.      Metode

















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal/perumpamaan berupa bentuk jamak dari
lafal matsal. Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata
syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam:
1.      Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.
2.      Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
3.      Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan pula.
Contohnya seperti dalam ayat 15 surat Muhammad:
Artinya: ‘’Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.’’
Ayat tersebut bisa diartikan perumpamaan surga, atau gambaran,
sifat, atau keadaan surga yang sangat mengherankan. Imam Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasysyaf juga memberikan arti
kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat, dan kisah, tetapi para ulama ahli
Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu
diartikan dengan majazi murakkab.
Menurut istilah (termilnologi), para ulama memberikan beberapa
macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain sebagai berikut:
Ulama ahli ilmu adab mendefinisikan al-amtsal, sebagai berikut:
“Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak
disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang dimaksudkan untuk
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu
yang akan dituju”.
Maksudnya, amtsal itu ialah menyamakan hal yang akan
diceritakan dengan asal ceritanya (asal mula). Contohnya seperti “banyak
panahan yang tidak ada pemanahnya. Maksudnya, banyak musibah yang
terjadi dari orang yang salah langkah. Orang pertama yang menceritakan
ungkapan tadi ialah Al-Hakim bin Yaghuts, yang menggambarkan bahwa
orang yang salah itu kadang-kadang menderita musibah. Karena itu, maka
haruslah ada persamaan antara arti yang diserupakan itu dengan asal
ungkapan ini sebagai asal ceritanya, yakni bahwa banyak kejadian atau
musibah yang terjadi tanpa sengaja.[1]

B.      Teori
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya;
Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini.
(Muslim, IV: 2146)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Metode Tamsil atau membuat perumpamaan
Salah satu hadits beserta aspek tarbawi, realita dan solusinya.
Hadis
رَوَى الشَّيْخَانِ عَنْ النُعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قال قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَثَلُ المُؤمِنِيْنَ فِيْ تَوآدّهِمْ وَتَرَاحِمِهمْ وتَعَاطفِهمْ مَثَلِ الجَسَدِ اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَاِئرَ الجَسَدِ بِالسَّهَِر َوالحُمّى
* Mufrodat :
Tidak dapat tidur=السهر
Perumpamaan=مثل
Demam=الحمّى
Saling mencintai=توادّه
Artinya :
“Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. Berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit dengan tidak dapat tidur dan mengalami demam’.” (HR. Bukhari-Muslim)[2]

C.      Fungsi
Salah satu fungsi metode in adalah sebagai berikut:
1.      Mempermudah siswa memahami konsep yg abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda konkret seperti kelemahan tuhan orang kafir diumpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang laba-laba memang lemah sekali, disentuh dengan lidi pun dapat rusak.
2.      Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau hilang sama sekali. Perumpamaan harus memperjelas konsep, bukan sebaliknya.
3.      Memberikan motivasi kepada siswa/peserta didik untuk dapat berbuat seperti dalam perumpamaan itu.[3]




D.      Kekurangan dan kelebihan
1.       Kelebihan.
Kelebihan metode perumpamaan antara lain:
-          Memudahkan memahami suatu konsep yang abstrak. Hal ini dimungkinkan karena perumpamaan mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam al-Qur’an.
Hal ini diungkapkan oleh Syaikh Muhammad Abduh sebagai berikut:
“Penggunaan kata dharb dimaksudkan untuk mempengaruhi dan
membangkitkan kesan, seakan-akan sipembuat perumpamaan
menyentik telinga pendengar dengannya,sehingga pengaruh sentuhan
itu meresap menembus qalbunya sampai kedalam lubuk jiwanya”.
Pemilihan musyabbah bih (yang diserupakan dengannya) amat besar
Pengaruhnya terhadap pembangkitan kesan dan pesan yang diharapkan.
Pemilihan perumpamaan laba-laba, umpamanya, dapat menimbulkan rasa
jijik dan hina terhadap orang-orang musyrik,serta mengungkapkan kelehan
akal dan kehinaan pikiran mereka. Begitu juga Pemilihan keledai untuk diibaratkan pada orang yang membaca kitab Allah, tetapi tidak
mengamalkannya, sebagaimana firman Allah SWT ini:
“perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka kitab
Taurat, namun mereka tidak memikulnya (mereka dibebani untuk
mengamalkannya, tetapi tidqak mengamlkannya apa yang ada di
dalamnya) adalah bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayatayat
Allah itu. Dan Allah tidak memberi perunjuk kepada kaum yang
dholim”. (Q.S.62 Al-jum’ah: 5)[4]
-          Melatih anak didik untuk terbiasa berpikir analogis melalui penyebutan premis-premis.
-          Mengembangkan aspek emosional dan mental anak didik. [5]
-          Menggerakkan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya menggugah
kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan
menjauhi segala kemungkaran.

2.       Kekurangan.
Ada beberapa masalah yang ditemui pada masa sekarang berkaitan dengan metode tamsil atau metode perumpamaan, yakni :
-          Guru enggan menggunakan metode ini karena metode ini dapat menghabiskan energi karena bentuknya seperti cerita.
-          Pengunaan metode tamsil dianggap metode yang mudah, jadi ketika penyampaiannya guru menyampaikan dengan asal-asalan. Contohnya seperti : Ketika pelajaran akhlak, didalam kelas sangat gaduh, segala nasihat dan peringatan sudah dilakukan, namun tidak kunjung tenang sehingga guru itu bingung dan guru itu menfokuskan siswa dengan memberi cerita yang berupa perumpamaan, “Anak-anak, sebuah piano akan memunculkan suara, namun ketika piano itu terkunci, ternyata masih utuh keluar suaranya, berarti bisa dikatakan piano itu rusak atau ada yang perlu diperbaiki, apabila kalian sudah diperingatkan namun masih utuh gaduh dalam kelas itu berarti perlu ada tukang servis”.
-          Cara menggunakan metode perumpamaan dengan bercerita/metode kisah, biasanya seorang guru menggunakan perumpamaan yang pernah digunakan Rasulullah saw dalam Alquran dan hadits adakalanya dikarang sendiri oleh guru tersebut dan setiap hari menggunakan metode ini.
-          Tidak mudah dalam membuat perumpamaan yang sesuai dengan pokok bahasan.
-          Siswa menjadi bingung apabila perumpamaan tersebut kurang jelas, sehingga tidak memahamkan justru malah membosankan dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai.
Solusinya
Solusi yang dapat saya suguhkan dalam makalah ini adalah :
-          seorang guru harus dapat menghilangkan sifat malasnya,
-          Menurut saya, guru tersebut sudah baik dalam mengkondisikan siswa, namun suasana untuk menggunakan metode itu kurang tepat, sebaiknya guru tersebut menggunakan kata-kata yang lebih halus lagi kepada siswanya dan dapat membangkitkan motivasi siswa.
-          Selalu menggunakan metode ini akan membuat siswa bosan, sehingga sebaiknya guru menggunakan metode yang berbeda sesuai dengan materi/mata pelajarannya. Seperti : apabila menggunakan metode Tamsil hanya pada pelajaran Akhlak, Sejarah dan tafsir. Namun tidak selalu dalam pelajaran tersebut menggunakan metode tersebut.[6]

E.       Syarat-syarat
Salah satu syarat-syarat menggunakan metode perumpamaan ini adalah sebagai berikut  :
a.       Apabila seorang guru yang menggunakan metode ini ia harus benar-benar menguasai  cara penggunaan metode iniyang sesungguhnya.
b.      Seorang guru harus mampu mendekatkan gambaran yang di umpamakan dalam pikiran anak didiknya agar mampu di cerna dan dan masuk akal sehat peserta didiknya.
c.       Seorang guru yangmenggunakan etode  ini harus mahir dalam berbicara dengan peserta didiknya.

F.       Tujuan perumpamaan.
Tujuan dari perumpamaan itu adalah tujuan moral dan pendidikan,
yang dapat diringkas menjadi enam tujuan :
a.       Perumpamaan dapat mendekatkan gambaran yang diumpamakan dalam
pikiran pendengar
b.      Merasa puas dengan satu gagasan tertentu, sehingga kepuasan itu menjadi
satu argumen yang kokoh lewat gambaran yang mirip.
c.       Memberikan motif dengan cara memperindah atau menakut-nakuti
d.      Memiliki hasrat atau keinginan yang pada gilirannya akan memiliki
ketetapan hati untuk menerima apa yang disarankan
e.        Untuk memuji atau mencela juga untuk mengagungkan atau menghinakan

f.       Mengasah otak dan menggerakkan potensi pemikiran atau timbul
kesadaran untuk merenung dan tafakkur.

G.     Langkah-langkah
Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan. Salah satunya adalah menggunakan metode perumpaan ini. Apabila seorang guru memiih metode ini, salah satu langkah pertamanya adalah seorang guru harus menentukan topic bahasannya terlebih dahulu. Apabila sudah menentukan topic bahasan tersebut. Seorang guru tersebut harus mampu menjelaskan perumpamaan tersebut sampai siswanya mampu memahami perumpamaan yang di jelaskan oleh seorang gurunya tadi sampai masuk akal sehat serta logika anak tersebut, agar murid tersebut tidak lagi bingung dengan maksud dari perumpamaan yang di jelaskan oleh gurunya tadi.

H.      Tekhnik





[1] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198091-pengertian-metode-metafora/
[2] http://mikun7-0n.blogspot.com/2010/04/metode-perumpamaan.html
[3] http://wanna-habiba.blogspot.com/2009/04/metode-tamsil.html
[4] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198096-kelebihan-dan-kekurangan-metode-amstal/
[5] http://www.tuanguru.com/2011/11/metode-pembelajaran-dalam-pendidikan-agama-islam.html
[6] http://mikun7-0n.blogspot.com/2010/04/metode-perumpamaan.html