Makalah Metode pembelajaran
PAI
Tentang
Perumpamaan/amtsal/Kiasan
Di susun Oleh :
Nama : Khairullah Amien
Nim : 10.111.00465
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM AL-MA'ARIF(STAI) BUNTOK
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.
Satu dari berbagai komponen penting
untuk mencapai tujuan pendidikan adalah ketepatan menentukan metode. Sebab
dengan metode yang tepat, materi pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode
diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian
tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara
efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113). Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharīqah yang berarti jalan atau cara.(Louwis, t.t.: 465).
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113). Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharīqah yang berarti jalan atau cara.(Louwis, t.t.: 465).
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika
tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat
tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu
informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode
kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan
metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai
faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. (Anwar, 2003: 42)
Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan
dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para
sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam
menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan
karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik.
Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga
beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual,
beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi metode perumpamaan?
2.
Kemukakan teori metode perumpamaan
3.
Apa fungsidan tujuan dari metode perumpamaan?
4.
Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode
perumpamaan?
5.
Apa syarat-syarat metode perumpamaan?
6.
Apa langkah-langkah penerapan metode perumpamaan?
7.
Bagaimana teknik penerapan metode perumpamaan?
C. Manfaat
penulisan makalah
1.
Untuk mengetahui teori metode
kiasan/perumpamaan.
2.
Untuk mengetahui
funggsi dari metode kiasan/perumpamaan.
3.
Untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari metode perumpamaan/kiasan.
4.
Untuk mengetahui
syarat-syarat metode kiasan/perumpamaan.
5.
Untuk mengetahui
langkah-langkah penerapan metode kiasan/perumpamaan.
6.
Untuk mengetahui
teknik penerapan metode kiasan/perumpamaan.
D. Metode
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut
bahasa (etimologi) kata amtsal/perumpamaan berupa bentuk jamak dari
lafal matsal. Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata
syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam:
lafal matsal. Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata
syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam:
1.
Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau
perserupaan.
2.
Bisa diartikan kisah atau cerita, jika
keadaannya amat asing dan aneh.
3.
Bisa juga berarti sifat, atau keadaan
atau tingkah laku yang mengherankan pula.
Contohnya seperti dalam
ayat 15 surat Muhammad:
Artinya:
‘’Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah
rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.’’
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.’’
Ayat tersebut bisa
diartikan perumpamaan surga, atau gambaran,
sifat, atau keadaan surga yang sangat mengherankan. Imam Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasysyaf juga memberikan arti
sifat, atau keadaan surga yang sangat mengherankan. Imam Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasysyaf juga memberikan arti
kata matsal dengan arti
perumpamaan, sifat, dan kisah, tetapi para ulama ahli
Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu
diartikan dengan majazi murakkab.
Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu
diartikan dengan majazi murakkab.
Menurut istilah (termilnologi),
para ulama memberikan beberapa
macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain sebagai berikut:
macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain sebagai berikut:
Ulama ahli ilmu adab
mendefinisikan al-amtsal, sebagai berikut:
“Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak
disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang dimaksudkan untuk
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu
yang akan dituju”.
“Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak
disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang dimaksudkan untuk
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu
yang akan dituju”.
Maksudnya, amtsal itu
ialah menyamakan hal yang akan
diceritakan dengan asal ceritanya (asal mula). Contohnya seperti “banyak
panahan yang tidak ada pemanahnya. Maksudnya, banyak musibah yang
terjadi dari orang yang salah langkah. Orang pertama yang menceritakan
ungkapan tadi ialah Al-Hakim bin Yaghuts, yang menggambarkan bahwa
orang yang salah itu kadang-kadang menderita musibah. Karena itu, maka
haruslah ada persamaan antara arti yang diserupakan itu dengan asal
ungkapan ini sebagai asal ceritanya, yakni bahwa banyak kejadian atau
musibah yang terjadi tanpa sengaja.[1]
diceritakan dengan asal ceritanya (asal mula). Contohnya seperti “banyak
panahan yang tidak ada pemanahnya. Maksudnya, banyak musibah yang
terjadi dari orang yang salah langkah. Orang pertama yang menceritakan
ungkapan tadi ialah Al-Hakim bin Yaghuts, yang menggambarkan bahwa
orang yang salah itu kadang-kadang menderita musibah. Karena itu, maka
haruslah ada persamaan antara arti yang diserupakan itu dengan asal
ungkapan ini sebagai asal ceritanya, yakni bahwa banyak kejadian atau
musibah yang terjadi tanpa sengaja.[1]
B. Teori
Metode
perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal
yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan
terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ
يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ
كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً
وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya;
Hadis
dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as-
Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda:
Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang
kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke
sini.
(Muslim,
IV: 2146)
Hadis
di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat
Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik,
karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti
kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu
betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti
orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Metode
Tamsil atau membuat perumpamaan
Salah
satu hadits beserta aspek tarbawi, realita dan solusinya.
Hadis
رَوَى
الشَّيْخَانِ عَنْ النُعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قال قال
رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَثَلُ المُؤمِنِيْنَ فِيْ تَوآدّهِمْ
وَتَرَاحِمِهمْ وتَعَاطفِهمْ مَثَلِ الجَسَدِ اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوًا
تَدَاعَى لَهُ سَاِئرَ الجَسَدِ بِالسَّهَِر َوالحُمّى
*
Mufrodat :
Tidak
dapat tidur=السهر
Perumpamaan=مثل
Demam=الحمّى
Demam=الحمّى
Saling
mencintai=توادّه
Artinya
:
“Bukhari-Muslim
meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. Berkata: ‘Rasulullah saw bersabda:
perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa
sakit, maka seluruh bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit dengan tidak
dapat tidur dan mengalami demam’.” (HR. Bukhari-Muslim)[2]
C. Fungsi
Salah satu fungsi
metode in adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah siswa memahami konsep
yg abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda konkret seperti
kelemahan tuhan orang kafir diumpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang
laba-laba memang lemah sekali, disentuh dengan lidi pun dapat rusak.
2. Merupakan pendidikan agar bila
menggunakan perumpamaan haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan
menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau hilang sama sekali.
Perumpamaan harus memperjelas konsep, bukan sebaliknya.
3. Memberikan motivasi kepada
siswa/peserta didik untuk dapat berbuat seperti dalam perumpamaan itu.[3]
D. Kekurangan
dan kelebihan
1.
Kelebihan.
Kelebihan metode perumpamaan antara
lain:
-
Memudahkan memahami suatu konsep yang
abstrak. Hal ini dimungkinkan karena perumpamaan mengambil benda sebagai contoh
konkrit dalam al-Qur’an.
Hal ini diungkapkan oleh
Syaikh Muhammad Abduh sebagai berikut:
“Penggunaan kata dharb
dimaksudkan untuk mempengaruhi dan
membangkitkan kesan, seakan-akan sipembuat perumpamaan
menyentik telinga pendengar dengannya,sehingga pengaruh sentuhan
itu meresap menembus qalbunya sampai kedalam lubuk jiwanya”.
Pemilihan musyabbah bih (yang diserupakan dengannya) amat besar
Pengaruhnya terhadap pembangkitan kesan dan pesan yang diharapkan.
Pemilihan perumpamaan laba-laba, umpamanya, dapat menimbulkan rasa
jijik dan hina terhadap orang-orang musyrik,serta mengungkapkan kelehan
akal dan kehinaan pikiran mereka. Begitu juga Pemilihan keledai untuk diibaratkan pada orang yang membaca kitab Allah, tetapi tidak
mengamalkannya, sebagaimana firman Allah SWT ini:
membangkitkan kesan, seakan-akan sipembuat perumpamaan
menyentik telinga pendengar dengannya,sehingga pengaruh sentuhan
itu meresap menembus qalbunya sampai kedalam lubuk jiwanya”.
Pemilihan musyabbah bih (yang diserupakan dengannya) amat besar
Pengaruhnya terhadap pembangkitan kesan dan pesan yang diharapkan.
Pemilihan perumpamaan laba-laba, umpamanya, dapat menimbulkan rasa
jijik dan hina terhadap orang-orang musyrik,serta mengungkapkan kelehan
akal dan kehinaan pikiran mereka. Begitu juga Pemilihan keledai untuk diibaratkan pada orang yang membaca kitab Allah, tetapi tidak
mengamalkannya, sebagaimana firman Allah SWT ini:
“perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepada mereka kitab
Taurat, namun mereka tidak memikulnya (mereka dibebani untuk
mengamalkannya, tetapi tidqak mengamlkannya apa yang ada di
dalamnya) adalah bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayatayat
Allah itu. Dan Allah tidak memberi perunjuk kepada kaum yang
dholim”. (Q.S.62 Al-jum’ah: 5)[4]
Taurat, namun mereka tidak memikulnya (mereka dibebani untuk
mengamalkannya, tetapi tidqak mengamlkannya apa yang ada di
dalamnya) adalah bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayatayat
Allah itu. Dan Allah tidak memberi perunjuk kepada kaum yang
dholim”. (Q.S.62 Al-jum’ah: 5)[4]
-
Melatih anak didik untuk terbiasa
berpikir analogis melalui penyebutan premis-premis.
-
Mengembangkan aspek emosional dan mental
anak didik. [5]
-
Menggerakkan perasaan, menghidupkan
naluri yang selanjutnya menggugah
kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan
menjauhi segala kemungkaran.
kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan
menjauhi segala kemungkaran.
2.
Kekurangan.
Ada beberapa masalah yang
ditemui pada masa sekarang berkaitan dengan metode tamsil atau metode
perumpamaan, yakni :
-
Guru enggan menggunakan metode ini karena
metode ini dapat menghabiskan energi karena bentuknya seperti cerita.
-
Pengunaan metode tamsil dianggap metode
yang mudah, jadi ketika penyampaiannya guru menyampaikan dengan asal-asalan.
Contohnya seperti : Ketika pelajaran akhlak, didalam kelas sangat gaduh, segala
nasihat dan peringatan sudah dilakukan, namun tidak kunjung tenang sehingga
guru itu bingung dan guru itu menfokuskan siswa dengan memberi cerita yang
berupa perumpamaan, “Anak-anak, sebuah piano akan memunculkan suara, namun
ketika piano itu terkunci, ternyata masih utuh keluar suaranya, berarti bisa
dikatakan piano itu rusak atau ada yang perlu diperbaiki, apabila kalian sudah
diperingatkan namun masih utuh gaduh dalam kelas itu berarti perlu ada tukang
servis”.
-
Cara menggunakan metode perumpamaan dengan
bercerita/metode kisah, biasanya seorang guru menggunakan perumpamaan yang
pernah digunakan Rasulullah saw dalam Alquran dan hadits adakalanya dikarang
sendiri oleh guru tersebut dan setiap hari menggunakan metode ini.
-
Tidak
mudah dalam membuat perumpamaan yang sesuai dengan pokok bahasan.
-
Siswa
menjadi bingung apabila perumpamaan tersebut kurang jelas, sehingga tidak
memahamkan justru malah membosankan dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai.
Solusinya
Solusi yang dapat saya
suguhkan dalam makalah ini adalah :
-
seorang guru harus dapat menghilangkan
sifat malasnya,
-
Menurut saya, guru tersebut sudah baik
dalam mengkondisikan siswa, namun suasana untuk menggunakan metode itu kurang
tepat, sebaiknya guru tersebut menggunakan kata-kata yang lebih halus lagi
kepada siswanya dan dapat membangkitkan motivasi siswa.
-
Selalu menggunakan metode ini akan membuat
siswa bosan, sehingga sebaiknya guru menggunakan metode yang berbeda sesuai
dengan materi/mata pelajarannya. Seperti : apabila menggunakan metode Tamsil
hanya pada pelajaran Akhlak, Sejarah dan tafsir. Namun tidak selalu dalam
pelajaran tersebut menggunakan metode tersebut.[6]
E. Syarat-syarat
Salah satu
syarat-syarat menggunakan metode perumpamaan ini adalah sebagai berikut :
a.
Apabila seorang guru yang menggunakan metode ini
ia harus benar-benar menguasai cara
penggunaan metode iniyang sesungguhnya.
b.
Seorang guru harus mampu mendekatkan gambaran
yang di umpamakan dalam pikiran anak didiknya agar mampu di cerna dan dan masuk
akal sehat peserta didiknya.
c.
Seorang guru yangmenggunakan etode ini harus mahir dalam berbicara dengan
peserta didiknya.
F. Tujuan
perumpamaan.
Tujuan
dari perumpamaan itu adalah tujuan moral dan pendidikan,
yang dapat diringkas menjadi enam tujuan :
yang dapat diringkas menjadi enam tujuan :
a.
Perumpamaan dapat mendekatkan gambaran
yang diumpamakan dalam
pikiran pendengar
pikiran pendengar
b.
Merasa puas dengan satu gagasan
tertentu, sehingga kepuasan itu menjadi
satu argumen yang kokoh lewat gambaran yang mirip.
satu argumen yang kokoh lewat gambaran yang mirip.
c.
Memberikan motif dengan cara memperindah
atau menakut-nakuti
d.
Memiliki hasrat atau keinginan yang pada
gilirannya akan memiliki
ketetapan hati untuk menerima apa yang disarankan
ketetapan hati untuk menerima apa yang disarankan
e.
Untuk memuji atau mencela juga untuk mengagungkan
atau menghinakan
f.
Mengasah otak dan menggerakkan potensi
pemikiran atau timbul
kesadaran untuk merenung dan tafakkur.
kesadaran untuk merenung dan tafakkur.
G. Langkah-langkah
Keberhasilan
menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam
diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu
metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan
ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah
dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode
pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia,
meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada
satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua
keadaan. Salah satunya adalah menggunakan metode perumpaan ini. Apabila seorang
guru memiih metode ini, salah satu langkah pertamanya adalah seorang guru harus
menentukan topic bahasannya terlebih dahulu. Apabila sudah menentukan topic bahasan
tersebut. Seorang guru tersebut harus mampu menjelaskan perumpamaan tersebut
sampai siswanya mampu memahami perumpamaan yang di jelaskan oleh seorang
gurunya tadi sampai masuk akal sehat serta logika anak tersebut, agar murid tersebut
tidak lagi bingung dengan maksud dari perumpamaan yang di jelaskan oleh gurunya
tadi.
H. Tekhnik
[1]
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198091-pengertian-metode-metafora/
[2]
http://mikun7-0n.blogspot.com/2010/04/metode-perumpamaan.html
[3]
http://wanna-habiba.blogspot.com/2009/04/metode-tamsil.html
[4]
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198096-kelebihan-dan-kekurangan-metode-amstal/
[5]
http://www.tuanguru.com/2011/11/metode-pembelajaran-dalam-pendidikan-agama-islam.html
[6]
http://mikun7-0n.blogspot.com/2010/04/metode-perumpamaan.html